Selasa, 04 November 2014

PETA KENDALI, DIAGRAM FISHBONE, DIAGRAM PARETO


PETA KENDALI

Dalam pelaksanaan proses produksi untuk menghasilkan sejenis output sulit menghindari terjadinya variasi pada proses. Gaspersz (1998) mendefinisikan variasi sebagai kecenderungan dalam sistem produksi atau operasional sehingga perbedaan dalam kualitas pada output (barang dan jasa yangdihasilkan).
Pada dasarnya dikenal dua sumber atau penyebab timbulnya variasi,yaitu variasi penyebab khusus dan variasi umum. Gaspersz (1998) menjelaskan lebih lanjut tentang jenis variasi tersebut sebagai berikut :

1.         Variasi penyebab khusus (Special Causes of Variation)
Variasi penyebab khusus (Special Causes of Variation) adalah kejadian-kejadian di luar sistem yang mempengaruhi variasi dalam sistem. Penyebab khusus dapat bersumber dari manusia, material, lingkungan, metode kerja, dll. Penyebab khusus ini mengambil pola-pola non acak sehingga dapat diidentifikasikan/ditemukan, sebab mereka tidak selalu aktif dalam proses tetapi memiliki pengaruh yang lebih kuat pada proses sehingga menimbulkan variasi. Dalam konteks pengendalian proses statistikal menggunakan peta kendali (control chart), jenis variasi ini sering ditandai dengan titik-titik pengamatan yang melewati atau keluar dari batas-batas pengendalian yang didefinisikan(defined control limit).

2.         Variasi penyebab umum (Common Causes of Variation)
Variasi penyebab umum (Common Causes of Variation ) adalah faktor-faktor didalam sistem atau yang melekat pada proses yang menyebabkan timbulnya variasi dalam sistem serta hasil-hasilnya. Penyebab umum sering disebut juga penyebab acak (random causes) atau penyebab sistem (system causes). Karena penyebab umum ini selalu melekat pada sistem, untuk menghilangkannya harus menelusuri elemen-elemen dalam sistem itu dan hanya pihak manajemen yang dapat memperbaikinya, karena pihak manajemen yang mengendalikan sistem itu. Dalam konteks pengendalian proses statistical dengan menggunakan peta-peta kendali, jenis variasi ini sering ditandai dengan titik-titik pengamatan yang berada dalam batas-batas pengendalian yang didefinisikan.

Sebuah peta kendali terdiri dari:
§  Poin yang mewakili statistik (misalnya, rata-rata, jangkauan, proporsi) dari pengukuran karakteristik kualitas sampel yang diambil dari proses pada waktu yang berbeda [data]
§  Rerata statistik ini menggunakan semua sampel dihitung (misalnya, mean dari berarti, rata rentang, rata proporsi)
§  Sebuah garis tengah yang ditarik pada nilai rata-rata statistik
§  Kesalahan standar (misalnya, standar deviasi / sqrt (n) untuk mean) statistik juga dihitung dengan menggunakan semua sampel
§  Batas kontrol atas dan bawah (kadang disebut "batas proses alami") yang menunjukkan ambang di mana proses output statistik dianggap 'tidak mungkin' diambil biasanya pada 3 kesalahan standar dari garis tengah
Grafik mungkin memiliki fitur opsional lainnya, termasuk:
§  Batas peringatan atas dan bawah, digambarkan dengan garis yang terpisah, biasanya dua standar kesalahan di atas dan di bawah garis pusat
§  Divisi ke zona, dengan penambahan aturan yang mengatur frekuensi pengamatan di setiap zona
§  Anotasi dengan peristiwa yang menarik, sebagaimana ditentukan oleh Kualitas Engineer bertanggung jawab atas kualitas proses itu.

Kinerja Peta Kendali
Ketika suatu titik jatuh di luar batas yang ditentukan untuk sebuah peta kendali yang diberikan, mereka yang bertanggung jawab untuk proses yang mendasari diharapkan untuk menentukan apakah penyebab khusus telah terjadi. Jika seseorang memiliki, adalah tepat untuk menentukan apakah hasil dengan penyebab khusus lebih baik dari atau lebih buruk daripada hasil dari penyebab umum saja. Jika buruk, maka penyebab yang harus dihilangkan jika memungkinkan. Jika lebih baik, mungkin tepat untuk sengaja mempertahankan penyebab khusus dalam sistem memproduksi hasil.[ rujukan? ]
Diketahui bahwa bahkan ketika proses berada dalam kontrol (yaitu, tidak ada penyebab khusus yang hadir dalam sistem), ada kemungkinan sekitar 0,27% dari titik melebihi 3-sigma batas kontrol.Jadi, bahkan dalam proses kontrol diplot pada peta kendali benar dibangun akhirnya akan sinyal kemungkinan adanya penyebab khusus, walaupun salah satu mungkin tidak benar-benar terjadi. Untuk peta kendali Shewhart menggunakan 3-sigma batas, false alarm ini terjadi rata-rata sekali setiap 1/0.0027 atau 370,4 pengamatan. Oleh karena itu, di-kontrol rata-rata jangka panjang (atau di-kontrol ARL) dari grafik Shewhart adalah 370,4.
Sementara itu, jika penyebab khusus tidak terjadi, hal itu mungkin tidak cukup besar untuk tabel untuk menghasilkan kondisi alarm langsung. Jika penyebab khusus terjadi, salah satu penyebab yang dapat menjelaskan dengan mengukur perubahan dalam rata-rata dan / atau varians dari proses tersebut. Ketika perubahan-perubahan tersebut diukur, adalah mungkin untuk menentukan ARL out-of-kontrol untuk grafik.
Ternyata grafik Shewhart cukup baik dalam mendeteksi perubahan besar dalam proses mean atau varians, sebagai out-of-kontrol mereka ARLs cukup singkat dalam kasus ini. Namun, untuk perubahan yang lebih kecil (seperti 1 - atau 2-sigma perubahan mean), bagan Shewhart tidak mendeteksi perubahan ini secara efisien. Jenis lain dari diagram kontrol telah dikembangkan, sepertibagan EWMA , para Cusum grafik dan real-time grafik kontras , yang mendeteksi perubahan kecil secara lebih efisien dengan memanfaatkan informasi dari pengamatan yang dikumpulkan sebelum titik data terbaru. [ kutipan diperlukan ]
Grafik kontrol yang paling bekerja terbaik untuk data numerik dengan asumsi Gaussian. The real-time grafik kontras diusulkan mampu menangani data dengan karakteristik proses yang kompleks, misalnya dimensi tinggi, campur numerik dan kategoris, hilang bernilai, non-Gaussian, non-linear hubungan.


Cara Penggunaan
Pilih proses untuk memetakan dan memutuskan pada jenis peta kendali digunakan.
Gunakan Bagan Persen tidak sesuai (informasi lebih lanjut tersedia dari Kesehatan Taktik Bagan P ) jika Anda memiliki data diukur dengan menggunakan dua hasil (misalnya, penagihan bisa benar atau salah).
Gunakan rata-rata dan Kisaran Bagan Kontrol (informasi lebih lanjut tersedia dari Kesehatan Taktik Bagan XR ) jika Anda memiliki data diukur dengan menggunakan skala kontinyu (misalnya, waktu tunggu di pusat kesehatan).
Tentukan metode sampling dan paket:
Pilih ukuran sampel (berapa banyak sampel akan Anda peroleh?).
Pilih frekuensi sampling, tergantung pada proses yang akan dievaluasi (bulan, hari, tahun?).
Pastikan Anda mendapatkan sampel secara acak (tidak selalu mendapatkan data dari orang yang sama, pada hari yang sama dalam seminggu, dll).
Mulai pengumpulan data:
Mengumpulkan data sampel.
Merekam data pada grafik kontrol yang tepat.
Hitung statistik yang sesuai (batas kontrol) tergantung pada jenis grafik.

Pengamatan:
Grafik kontrol dibagi menjadi zona:
______________________________ Batas Kontrol Atas (UCL)


______________________________ Standar (rata-rata)


______________________________ Bawah Kontrol Batas (LCL)
Menafsirkan grafik:
Jika data berfluktuasi dalam batas-batas, itu adalah hasil dari penyebab umum dalam proses (kekurangan yang melekat dalam proses) dan hanya dapat terpengaruh jika sistem diperbaiki atau diubah.
Jika data jatuh di luar batas, itu adalah hasil dari penyebab khusus (dalam organisasi pelayanan manusia, penyebab khusus dapat mencakup instruksi yang buruk, kurangnya pelatihan, proses tidak efektif, atau sistem pendukung yang tidak memadai).
Penyebab khusus harus dihilangkan sebelum peta kendali dapat digunakan sebagai alat monitoring.Dalam pengaturan kesehatan, misalnya, staf mungkin perlu instruksi lebih baik atau pelatihan, atau proses mungkin perlu diperbaiki, sebelum proses ini "di bawah kontrol." Setelah proses ini "di bawah kontrol," sampel dapat diambil secara teratur untuk memastikan bahwa proses tidak mendasar mengubah.
Suatu proses dikatakan "tak terkendali" jika satu atau lebih titik jatuh di luar batas kontrol.



Contoh peta kendali



  
DIAGRAM FISHBONE

Fishbone diagram (diagram tulang ikan — karena bentuknya seperti tulang ikan) sering juga disebut Cause-and-Effect Diagram atauIshikawa Diagram diperkenalkan oleh Dr. Kaoru Ishikawa, seorang ahli pengendalian kualitas dari Jepang, sebagai satu dari tujuh alat kualitas dasar (7 basic quality tools). Fishbone diagram digunakan ketika kita ingin mengidentifikasi kemungkinan penyebab masalah dan terutama ketika sebuahteam cenderung jatuh berpikir pada rutinitas (Tague, 2005, p. 247).
Suatu tindakan dan langkah improvement akan lebih mudah dilakukan jika masalah dan akar  penyebab masalah sudah ditemukan. Manfaat fishbone diagram ini dapat menolong kita untuk menemukan akar penyebab masalah secara user friendly, tools yang user friendly  disukai orang-orang di industri manufaktur di mana proses di sana terkenal memiliki banyak ragam variabel yang berpotensi menyebabkan munculnya permasalahan (Purba, 2008, para. 1–6).
Fishbone diagram akan mengidentifikasi berbagai sebab potensial dari satu efek atau  masalah, dan menganalisis masalah tersebut melalui sesibrainstorming. Masalah akan dipecah menjadi sejumlah kategori yang berkaitan, mencakup manusia, material, mesin, prosedur, kebijakan, dan sebagainya. Setiap kategori mempunyai sebab-sebab yang perlu diuraikan melalui sesi brainstorming.
Untuk lebih jelasnya, saya akan menguraikan prosedur atau langkah-langkah pembuatan fishbone diagram di bawah ini.
Langkah-Langkah Pembuatan Fishbone Diagram
Pembuatan fishbone diagram kemungkinan akan menghabiskan waktu sekitar 30-60 menit dengan peserta terdiri dari orang-orang yang kira-kira mengerti/paham tentang masalah yang terjadi, dan tunjuklah satu orang pencatat untuk mengisi fishbone diagram. Alat-alat yang perlu disiapkan adalah: flipchart atau whiteboard dan marking pens atau spidol.
Langkah 1: Menyepakati pernyataan masalah
•          Sepakati sebuah pernyataan masalah (problem statement). Pernyataan masalah ini diinterpretasikan sebagai “effect”, atau secara visual dalamfishbone seperti “kepala ikan”.
•          Tuliskan masalah tersebut di tengah whiteboard di sebelah paling kanan, misal: “Bahaya Potensial Pembersihan Kabut Oli”.
•          Gambarkan sebuah kotak mengelilingi tulisan pernyataan masalah tersebut dan buat panah horizontal panjang menuju ke arah kotak (lihat Gambar 1).


Gambar 1. Pembuatan Fishbone Diagram — Menyepakati Pernyataan Masalah
Langkah 2: Mengidentifikasi kategori-kategori
•          Dari garis horisontal utama, buat garis diagonal yang menjadi “cabang”. Setiap cabang mewakili “sebab utama” dari masalah yang ditulis. Sebab ini diinterpretasikan sebagai “cause”, atau secara visual dalam fishboneseperti “tulang ikan”.
•          Kategori sebab utama mengorganisasikan sebab sedemikian rupa sehingga masuk akal dengan situasi. Kategori-kategori ini antara lain:
o          Kategori 6M yang biasa digunakan dalam industri manufaktur:
          Machine (mesin atau teknologi),
          Method (metode atau proses),
          Material (termasuk raw material, consumption, dan informasi),
          Man Power (tenaga  kerja atau pekerjaan fisik) / Mind Power (pekerjaan pikiran: kaizen, saran, dan sebagainya),
          Measurement (pengukuran atau inspeksi), dan
          Milieu / Mother Nature (lingkungan).
o          Kategori 8P yang biasa digunakan dalam industri jasa:
          Product (produk/jasa),
          Price (harga),
          Place (tempat),
          Promotion (promosi atau hiburan),
          People (orang),
          Process (proses),
          Physical Evidence (bukti fisik), dan
          Productivity & Quality (produktivitas dan kualitas).
o          Kategori 5S   yang biasa digunakan dalam industri jasa:
          Surroundings (lingkungan),
          Suppliers (pemasok),
          Systems (sistem),
          Skills (keterampilan), dan
          Safety (keselamatan).
•          Kategori di atas hanya sebagai saran, kita bisa menggunakan kategori lain yang dapat membantu mengatur gagasan-gagasan. Jumlah kategori biasanya sekitar 4 sampai dengan 6 kategori. Kategori pada contoh ini lihat Gambar 2.


Gambar 2. Pembuatan Fishbone Diagram — Mengidentifikasi Kategori-Kategori
Langkah 3: Menemukan sebab-sebab potensial dengan cara brainstorming
•          Setiap kategori mempunyai sebab-sebab yang perlu diuraikan melalui sesi brainstorming.
•          Saat sebab-sebab dikemukakan, tentukan bersama-sama di mana sebab tersebut harus ditempatkan dalam fishbone diagram, yaitu tentukan di bawah kategori yang mana gagasan tersebut harus ditempatkan, misal: “Mengapa bahaya potensial? Penyebab: Karyawan tidak mengikuti prosedur!” Karena penyebabnya karyawan (manusia), maka diletakkan di bawah “Man”.
•          Sebab-sebab ditulis dengan garis horisontal sehingga banyak “tulang” kecil keluar dari garis diagonal.
•          Pertanyakan kembali “Mengapa sebab itu muncul?” sehingga “tulang” lebih kecil (sub-sebab) keluar dari garis horisontal tadi, misal: “Mengapa karyawan disebut tidak mengikuti prosedur? Jawab: karena tidak memakai APD” (lihat Gambar 3).
•          Satu sebab bisa ditulis di beberapa tempat jika sebab tersebut berhubungan dengan beberapa kategori.


Gambar 3. Pembuatan Fishbone Diagram — Menemukan Sebab-Sebab Potensial
Langkah 4: Mengkaji dan menyepakati sebab-sebab yang paling mungkin
•          Setelah setiap kategori diisi carilah sebab yang paling mungkin di antara semua sebab-sebab dan sub-subnya.
•          Jika ada sebab-sebab yang muncul pada lebih dari satu kategori, kemungkinan merupakan petunjuk sebab yang paling mungkin.
•          Kaji kembali sebab-sebab yang telah didaftarkan (sebab yang tampaknya paling memungkinkan) dan tanyakan , “Mengapa ini sebabnya?”
•          Pertanyaan “Mengapa?” akan membantu kita sampai pada sebab pokok dari permasalahan teridentifikasi.
•          Tanyakan “Mengapa ?” sampai saat pertanyaan itu tidak bisa dijawab lagi. Kalau sudah sampai ke situ sebab pokok telah terindentifikasi.
•          Lingkarilah sebab yang tampaknya paling memungkin pada fishbone diagram (lihat Gambar 4).



Gambar 4. Pembuatan Fishbone Diagram — Melingkari Sebab yang Paling Mungkin




DIAGRAM PARETO

PENGERTIAN DIAGRAM PARETO
Diagram Pareto pertama kali diperkenalkan oleh seorang ahli ekonomi dari Italia yang bernama Vilfredo Frederigo Samoso pada tahun 1897 merupakan pendekatan logic dari tahap awal pada proses perbaikan suatu situasi yang digambarkan dalam bentuk histogram yang dikenal sebagai konsep vital few and the trivial many untuk mendapatkan menyebab utamanya. kemudian digunakan oleh Dr. M. Juran secara luas dalam kegiatan kendali mutu untuk menangani kerangka proyek; proses program; kombinasi pelatihan, proyek dan proses, sehingga sangat membantu dan memberikan kemudahan bagi para pekerja dalam meningkatkan mutu pekerjaan.

Diagram pareto yang digunakan untuk analisis dapat dibagi menjadi dua yaitu:

1. Diagram pareto mengenai fenomena
Yaitu yang berkaitan dengan hasil-hasil yang tidak diinginkan dan digunakan untuk mengetahui masalah utama yang ada. Misalnya:
- Kualitas      : kerusakan, kegagalan, keluhan, perbaikan, dll
- Biaya          : jumlah kerugian, ongkos pengeluaran, dll
- Delivery      : penundaan delivery, keterlambatan pembayaran, dll
- Keamanan  : kecelakaan, kesalahan, gangguan, dll

2.Diagram pareto mengenai penyebab
Yaitu yang berkaitan dengan penyebab dalam proses dan dipergunakan untuk mengetahui apa penyebab utama dari masalah yang ada. Misalnya:
- Operator               : umur, pengalaman, keterampilan, sifat individual, dll
- Mesin                    : peralatan, instrumen, dll
- Bahan baku           : pembuatan bahan baku, macamnya, dll
- Metoda operasi     : kondisi operasi, metode kerja, sistem pengaturan, dll


MANFAAT DIAGRAM PARETO
Diagram Pareto merupakan metode standar dalam pengendalian mutu untuk mendapatkan hasil maksimal atau memilih masalah-masalah utama dan lagi pula dianggap sebagai suatu pendekatan sederhana yang dapat dipahami oleh pekerja tidak terlalu terdidik, serta sebagai perangkat pemecahan dalam bidang yang cukup kompleks. Diagram Pareto merupakan suatu gambar yang mengurutkan klasifikasi data dari kiri ke kanan menurut urutan ranking tertinggi hingga terendah. Hal ini dapat membantu menemukan permasalahan yang terpenting untuk segera diselesaikan (ranking tertinggi) sampai dengan yang tidak harus segera diselesaikan (ranking terendah).  Selain itu, Diagram Pareto juga dapat digunakan untuk mem¬bandingkan kondisi proses, misalnya ketidaksesuaian proses, sebelum dan setelah diambil tindakan perbaikan terhadap proses
Diagram Pareto dibuat berdasarkan data statistik dan prinsip bahwa 20% penyebab bertanggungjawab terhadap 80% masalah yang muncul atau sebaliknya. Kedua aksioma tersebut menegaskan bahwa lebih mudah mengurangi bagian lajur yang terletak di bagian kiri diagram Pareto daripada mencoba untuk menghilangkan secara sistematik lajur yang terletak di sebelah kanan diagram. Hal ini dapat diartikan bahwa diagram Pareto dapat menghasilkan sedikit sebab penting untuk meningkatkan mutu produk atau jasa. Keberhasilan penggunaan diagram Pareto sangat ditentukan oleh partisipasi personel terhadap situasi yang diamati, dampak keuangan yang terlihat pada proses perbaikan situasi dan penetapan tujuan secara tepat. Faktor lain yang perlu dihindari adalah jangan membuat persoalan terlalu kompleks dan juga jangan terlalu mencari penyederhanaan pemecahan.
Tahapan penggunaan dari Diagram Pareto adalah mencari fakta dari data ciri gugus kendali mutu yang diukur, menentukan penyebab masalah dari tahapan sebelumnya dan mengelompokkan sesuai dengan periodenya, membentuk histogram evaluasi dari kondisi awal permasalahan yang ditemui, melakukan rencana dan pelaksanaan perbaikan dari evaluasi awal permasalahan yang ditemui, melakukan standarisasi dari hasil perbaikan yang telah ditetapkan dan menentukan tema selanjutnya.

            Adapun kegunaan dari diagram pareto antara lain:
1. Untuk menganalisa suatu fenomena, agar dapat diketahui hal-hal yang prioritas dari fenomena tersebut.
2. Untuk dapat menentukan"pangkal persoalan”.
3. Sebagai alat interpretasi dalam menentukan frekuensi atau tingkat kepentingan relatif dari berbagai persoalan atau sebab.
4. Menfokuskan pada pokok persoalan vital dengan cara mengurutkan berdasarkan kepentingan.
5. Menunjukkan hasil perbaikan. Sesudah dilakukan tindakan koretif berdasarkan prioritas, kita dapat mengadakan pengukuran ulang dan membuat diagram pareto baru. Apabila terdapat perubahan dalam diagram pareto yang baru itu, maka tindakan korektif tersebut ada dampaknya.
6. Menyusun data menjadi informasi yang berguna. Dengan menggunakan diagram pareto sejumlah data yang besar dapat disaring menjadi informasi yang signifikan.

Contoh Diagram Pareto


Tidak ada komentar:

Posting Komentar